Rabu, 07 November 2012
Selasa, 06 November 2012
Senin, 05 November 2012
RUA AMMAPAI
MENGUTAMAKAN
SOLIDARITAS DAN INTEGRITAS KADER
MENUJU PEMBAHARUAN
AMMAPAI
Suksesi menuju AMMAPAI 01, (11/04/2012)
yang digelar melalui forum Rapat Umum Anggota (RUA) telah membawa aroma
baru. Kali ini RUA yang berjalan dapat dikatakan cukup memanas dengan ragam
dinamika yang di bangun. Bagaimana tidak, kehadiran tiga petarung yang
menamakan dirinya calon pewaris palu kepemimpinan berhasil mengubah suhu yang
ada di dalam musim RUA tersebut. Mereka adalah; Yosep Lako Domaking, Eugenius
Tedemaking dan Romanus Antoni Balawala. Tidak dipungkiri, hujan interupsi dan
beragam dinamika di bangun forum guna menjagokan kandidatnya tersebut. Setelah
pemilihan dan perhitungan Eugenius Tedemaking 23 suara, Yosep lako domaking; 24
suara, dan Roman Antoni Payong;33 suara.
Kendatipun demikian,
perlu disadari bahwa inilah demokrasinya AMMAPAI-Kupang. Suasana pemilihan yang
berjalan cukup alot tersebut membawa Romanus Antoni Payong Balawala keluar
sebagai pewaris palu kepemimpinan untuk satu periode kedepannya. Sebagai mandataris
terpilih, Roman dalam kata sambutannya menutup RUA tersebut menegaskan; “Segala
dinamika internal menjelang RUA dan yang tengah berlangsung merupakan salah
satu proses pembelajaran. Tak semata menjdi Pemimpin yang diharapakan namun
proses yang berlangsung itulah yang perlu kita kedepankan. Marilah kita yang
menamakan diri kader yang handal dan militan, saling bergandengan tangan menuju
AMMAPAI yang lebih baik lagi . “Aku menjadi aku yang berarti sejauh diartikan oleh aku-aku
yang lain. Jabat erat tanganku, kita songsong
hari esok penuh cita”. Begitu yang diharapkan ketua terpilih itu.
Loyalitas dan Implementasinya dalam organisasi
Loyalitas dan Implementasinya Dalam
Organisasi
Sebuah catatan redaksi oleh : Igo Hali Making
Hal yang sangat penting dan
fundamental di dalam sebuah organisasi adalah LOYALITAS dan KEBERSAMAAN dari
setiap anggota dan pimpinannya yang akan sangat menentukan kemajuan dan
perkembangan organisasi mengingat adanya berbagai tantangan yang seringkali
dialami oleh sebuah organisasi. Tanpa adanya loyalitas dan kebersamaan, maka
sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik bahkan terkadang tidak akan mampu
bertahan apabila di dalamnya tidak diterapkan sikap loyal dan kebersamaan
dengan baik.
Dalam tubuh organisasi ini, Tak
bisa dipungkiri pasca RUA (Rapat Umum Anggota) AMMAPAI – Kupang, Periode
2012/2013, KEBERSAMAAN dan LOYALITAS
terhadap organisasi tidak ada lagi. Yang kalah di RUA perlahan mundur, masa
pendukung ketua terpilih pun lenyap entah kemana. Tinggal ketua umum sendiri
menunggu bagaikan sang induk ayam ditinggal pergi anaknya.
Patut direfleksikan bagi kita
yang menamakan diri anak – anak AMMAPAI-Kupang. Inikah kebersamaan yang selama
ini diagung –agungkan?. Inikah lagu kemesraan yang selalu kita dengungkan bahwa kita terlahir dari satu rahim
yang sama? Inikah wajah – wajah kita sebagai orang yang bertanggung jawab atas
perjalanan organisasi ini?
Loyalitas dapat
diartikan tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan, dan mengamalkan
sesuatu dengan disertai penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan
kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari
serta dalam pelaksanaan tugas. Loyalitas anggota terhadap organisasi memiliki
makna kesediaan seseorang untuk melenggangkan hubungannya dengan organisasi,
kalau perlu mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.
Loyalitas
anggota memegang peranan krusial dalam jalannya organisasi. Tata aturan yang
sempurna, program kerja yang brilian, tanpa disertai dengan loyalitas para
eksekutornya adalah hal yang sia-sia. Secara lebih riil, anggota tersebut akan
menaati segala bentuk tata tertib yang berlaku, mendukung program kerja dengan
mengikutsertakan diri sebagai partisipan aktif. Bahkan menjadi pengurus/kreator
ide-ide penting untuk membangun organisasi dari dalam.
Loyalitas yang
dimilki oleh setiap organisator juga berpengaruh pada kelanjutan suatu
organisasi dalam melaju pada rel visi dan misi. Jika suatu organisasi sudah
melenceng dari jalur visi dan misi yang ada, besar kemungkina bahwa rasa
loyalitas yang dimilki oleh para anggotanya telah kropos dan lapuk. Karena jika
memang loyalitas benar-benar ada pada setiap anggota, tidak mungkin mereka akan
membiarkan dan bahkan membawa organisasi tersebut ke arah yang menyimpang dari
rel visi dan misi.
Hal yang tidak kalah penting adalah
kebersamaan dan komitmen antara anggota dalam suatu organisasi. Dalam
kenyataannya, pelaksanaan program kerja sebagai bentuk realisasi visi
organisasi tidak semua anggota memiliki kesamaan sistem kerja berdampak buruk
bagi kelangsungan organisasi itu sendiri. Hal ini disebabkan terutama karena
anggota yang mengikuti suatu organisasi tidak berniat secara penuh untuk
mendedikasikan dirinya untuk kelangsungan organisasi, mereka hanya ingin
mengambil manfaat yang mereka anggap berguna bagi mereka. Singkat kata, mereka
hanya aktif mengikuti kegiatan yang mereka inginkan.
Komitmen organisasi tidak kalah pentingnya.
Komitmen dapat diartikan sebuah ikatan emosional yang meliputi keterlibatan
dalam suatu organisasi dan mempunyai keinginan untuk menggunakan upaya yang
tinggi demi mencapai tujuan organisasi. Komitmen organisasi dapat tumbuh
manakala harapan kerja terpenuhi oleh organisasi, dengan adanya harapan kerja
yang terpenuhi maka akan timbul kepuasan kerja, sehingga komitmen dapat
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja anggota. Komitmen terhadap
organisasi artinya lebih dari sekedar loyalitas atau ketaatan keanggotaan biasa
dan pasif, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk
mengusahakan pada tingkat daya upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi
demi pencapaian tujuan.
Implementasi yang terwujud dalam bentuk loyalitas anggota
terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memasukkan kebutuhan dan keinginan
anggota dalam tujuan organisasi. Dengan demikian akan menimbulkan suasana
saling mendukung diantara para anggota dengan organisasi. Sehingga akan membuat
anggota dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi,
karena anggota memahami tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi
memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula.
Untuk mengatasi hal ini, ada
beberapa hal yang harus dijalankan secara kooperatif oleh pengurus organisasi
terutama ketua organisasi.
Yang pertama adalah menjamin
pengetahuan setiap anggota tentang organisasi secara keseluruhan. Pengetahuan tentang sejarah
pendirian, visi, misi, serta program kerja organisasi misalnya.
Kedua, mengadakan
kegiatan-kegiatan sesuai basis organisasi untuk melibatkan anggota secara aktif
dalam organisasi bersangkutan. Pemberian pengetahuan tentang organisasi dan kepemimpinan
melalui ceramah/seminar dari sumber yang kompeten; diskusi antar anggota, bila
diikuti dengan sungguh-sungguh akan bermanfaat positif dalam membangun
loyalitas dan kebersamaan antar anggota.
Sikap-sikap positif seperti
berjiwa besar, menghargai saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
berperan penting pula dalam diri masing-masing anggota untuk mewujudkan
loyalitas dan kebersamaan dalam organisasi.
Akhirnya, Nilai subtansi dari sebuah organisasi adalah bukan pada masa kejayaan
yang perna diraihnya. Namun lebih dari itu, organisasi akan lebih mempunyai harga
jika organisasi tersebut bisa mengantarkan para anggotanya ke arah visi dan
misinya dan berhasil menanamkan rasa loyalitas tinggi pada jiwa setiap
anggotanya. Sehingga dari itu semua, organisasi tadi benar-benar mampu
mempertahankan eksistensinya meskipun banyak rintangan yang dihadapi. Nasib
organisasi tersebut ke depannya akan ditentukan oleh tingkat loyalitas
anggotanya. Apabila anggota “malas” maka untuk merealisasikan
program kerja organisasi akan terasa sulit. Tidak lain alasan dari
itu semua adalah karena kurangnya rasa memiliki oleh setiap
anggotanya. Dari sini penulis kembali menegaskan bahwa loyalitas amat sangat
berarti bagi eksistensi sebuah organisasi. Loyalitas ibarat roh bagi
organisasi. Tanpa roh, sebuah organisasi tak akan mampu bernafas lebih lama,
yang akhirnya berakibat dan berujung pada ‘matinya’ organisasi tersebut.
Mari, kita yang memproklamirkan diri sebagai
tulang punggung negara dan lewotanah yang terhimpun dalam organisasi AMMAPAI –
Kupang, mari kita bergandeng tangan membangun AMMAPAI yang kita cintai ini.
curhan hati
UJUNG SEPTEMBER ‘’09, MEMBAWA PERUBAHAN DALAM HIDUPKU
Oleh: Abdul Basir Langoday
Tak
ada namanya kebetulan.
Dan
apa yang kita ketahui sebagai sekedar kebetulan,
sebenarnya
muncul dari sumber takdir yang terdalam...
Kutulis cerita ini, tatkala malam mulai
hening dan kesepian merasuk diantara batas penantian yang kian merisaukan dan
kenangan manis yag terukir di setiap perkenalan, membingkai harapan kepada
cinta dan tentang cinta; refleksi kemerdekaan cinta yang tersemai.
Namaku Abdul Basirun Lela Langoday (ABL), anak terakhir dari empat
bersaudara. Lahir di sebuah nusa kecil yaitu Lomblen namanya, yang kemudian menjadi Kabupaten
Lembata sesuai dengan tuntutan administrasi.
Kakak sulungku hanya memiliki Ijazah SD. Ia merasa cukup dengan ijazah
tersebut karena memaklumi kondisi ekonomi keluarga kami waktu itu. Mungkin juga
ia merasa iba melihat susah - payahnya ibu sendirian bekerja tuk menopang hidup yang ditinggalkan sang Ayah sudah bertahun-tahun tidak
memberi kabar seperginya ke perantauan. Bekerjalah ia untuk membantu ibu. Sedangkan
kakak kedua dan ketiga berhasil meraih ijazah dengan satu jenjang diatas kakak
pertamaku, yaitu SMP.
Bermodalkan ijazah SD dan SMP tentu belum menjanjikan pekerjaan
yang layak untuk mereka. Pemandangan yang tidak asing lagi untuk keadaan di
sekelilingku ketika bertani & buruh bangunan menjadi suatu alternatif sumber penghasilan untuk
orang-orang yang senasib seperti saudara-saudaraku itu. Hasilnya pun tidak
mencukupi dalam kehidupan sehari – hari, sebulan apalagi untuk bertahun.
Keadaan seperti inilah yang membangunkan aku, dari ketidakadaan untuk merubah
semuanya itu!. “Aku tak mau seperti itu. Ya, aku harus terus menuntut ilmu
& mengejar harapanku sampai sarjana".
Di akhir Mei 2009, ku melangkahkan kaki ke pulau seberang. Di pulau
itulah Kota yang ku tuju berada. Kupang alias Kota Karang, begitulah sapaan manisnya. Sampai di Kota Karang, Aku
mencoba ikut ujian tes masuk di salah satu perguruan tinggi. Dengan doa dan
dukungan dari orang tua & restu leluhur lewotanah akhirnya aku di terima di
perguruan tinggi tersebut. Tepatnya di Fakultas Peternakan, Universitas Nusa
Cendana.
Bulan pertama masuk kuliah tempat rutinitas keseharian saya hanya
kampus – kost, kost - kampus. “Ahhhh, kehidupan hanya di kampus dan kost
lalu kapan karakter ku ini bisa berubah??. Gumam ku dalam sebuah lamunan.
“Untuk
membawa perubahan di hari esok, apakah hanya ijazah yang cukup??. “Apakah semua
ini cukup untuk modal di hari esok??. Pertanyaan ini yang kerap buatku
bingung, harus berbuat apa. Semakin di pikir justru buatku semakin panik.
Tak lama kemudian bertamulah seorang pria ke kamar kost ku,
membagikan sehelai kertas dengan tulisan di bagian kopnya “Panitia Pelaksanaan Penerimaan Anggota Baru (MPAB) Dan Latihan
Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD)” Angkatan Mudah Mahasiswa Asal Ile Ape (AMMAPAI)-Kupang.
Aku mulai terbangun dan terbisik dari hati untuk bergabung di
dalamnya. Mungkin di dalam sana bisa membina mental dan merubah pola pikir yang
kreatif dalam menghadapi tantangan zaman global seperti saat ini.
Sering ku bergaul dengan anak-anak jalanan dan bertanya; berbuat
apa supaya kita bisa dikenal dan membawa perubahan dalam hidup?? Sebagian
besar dari mereka menjawab, kalau mau berubah harus banyak bergaul. Jadi,
pergaulan itu swendiri seperti apa?.
Kembali kekamar kostku, dan ku termenung lagi. Pergaulan seorang
mahasiswa itu sendiri seperti apa?? Akirnya kutemukan jawabanya yaitu pergaulan
di dalam kampus dan di luar kampus. Di luar kampus sepeti membina diri di
organisasi. Aku mulai langkakan kaki, ketempat pendaftaran sesuai yang tertulis
di dalam kertas yang ku terima waktu itu. Di Jalan Perintis Kemerdekaan No.XI
Walikota Baru Kupang, disitulah Lango Beruin berada. “Lango beruin”, nama
itulah yang selalu kami sebut sebagai panggilan untuk sekretariat tersebut.
Tempat berbagi suka – duka untuk mereka yang menuntut ilmu di Kota Kupang.
Penghujung september 2009, kegiatan penerimaan pun di mulai yang
bertepat di Gedung Kuwarda Provinsi NTT, dengan jumlah peserta 16. Kami di bina,
di didik selama 1 minggu. Waktunya begtu singkat , tapi sangat berarti bagi
kami semua pesrta. Karena cuman 1 minggu,tapi mental dan pola pikir kami
berubah sangat begtu derastis. Itulah kebangganku tersendiri bergabung bersama
AMMAPAI.
Satu kejadian yang ku rasakan pada saat kegiatan yaitu pada hari
terakhir, saat-saatku di lahirkan dari tubuh AMMAPAI. Renungan begitu mendalam,
sampai aku pun tak sadarkan diri, semua panitia kepanikan melihat aku yang
tertidur kaku. Ini semua terjadi karena didikan, arahan kakak-kakak senior
selama seminggu, yang mengingatkanku saat pertama kali aku keluar dari rumah
dengan mendengar bisikan dari Ayah & Ibuku yang mengatakan dengan bahasa
lamaholot:
“ Ama, pana mai seba buku
biliken teratu, pena matan pulupito,mai tulis tedo basa dore, mo buku lepan
jawan nong pena ih’in sinan ti tutu k’loho maring teka. Pile pupul koda sinan,
lau kupang tana karang, anin gahan kiring jawan weli Timor tana susa, ti balik
mang gelekat lewo, tuen mang gewayan tana, lewo nimun Lepan Bata,tana nawan Ile Ape. Mo tobo doan
ata tana, tobo mian’no kenato, mo pae lela ata tana pae wenger no’on nenaw,
tekan tabe ukut bage weli piring matan sinan, tenu tabe lobong luang weli makok
tukan jawan”.
Ungkapkan isi hati dari orang tuaku bahwa keputusan yang di ambil untuk
menuntut ilmu harus dijalani sampai tuntas dan harus tetap semangat agar kelak
bisa kembali tuk mengabdi di lewotana Lembata pada umumnya dan Ile Ape pada
khususnya.
“Walaupun Ayah dan Ibumu tidak punya apa-apa, tapi dengan ketidakpunyaan
itulah maka kamu haruslah mencari apa yang ada di dalam ketidakpunyaan itu”.
Termotifasi
dari renungan di bawakan dari kakak-kakak senior inilah yang mengingatkanku akan
petuah orang tua. Tetap semangat dalam berorganisasi dan fokus dalam
perkuliahan untuk menggapi impian orang tuaku yaitu mencapai sarjana.
Banyak pandangan dari orang tua bahwa bergabung di organisasi akan
menghambat perkuliahan. Pemahaman ini memang benar adanya, tetapi sesuai
pengelaman saya mahasiswa yang berorganisasi tidak akan gagal dalam
perkuliahan. Karena di organisasi tidak diajarkan seorang mahasiswa untuk tidak
melakukan tugas pokoknya, tapi justru berorganisasi dapat mendorong kita untuk
melakukan aktivitas yang lebih utama. Tulang punggung bangsa, yang bisa membawa
perubahan yang lebih baik di hari esok yaitu orang yang biasa di sebut aktivis.
Tanpa aktivis, masyarakat kecil tetap menderita. Karena fungsi dari aktivis
adalah pelindung dan pembela masyrakat.
Langganan:
Postingan (Atom)