Senin, 05 November 2012

RUA AMMAPAI


MENGUTAMAKAN SOLIDARITAS DAN INTEGRITAS KADER
MENUJU PEMBAHARUAN AMMAPAI

Suksesi menuju AMMAPAI  01,  (11/04/2012)  yang digelar melalui forum Rapat Umum Anggota (RUA) telah membawa aroma baru. Kali ini RUA yang berjalan dapat dikatakan cukup memanas dengan ragam dinamika yang di bangun. Bagaimana tidak, kehadiran tiga petarung yang menamakan dirinya calon pewaris palu kepemimpinan berhasil mengubah suhu yang ada di dalam musim RUA tersebut. Mereka adalah; Yosep Lako Domaking, Eugenius Tedemaking dan Romanus Antoni Balawala. Tidak dipungkiri, hujan interupsi dan beragam dinamika di bangun forum guna menjagokan kandidatnya tersebut. Setelah pemilihan dan perhitungan Eugenius Tedemaking 23 suara, Yosep lako domaking; 24 suara, dan Roman Antoni Payong;33 suara.
Kendatipun demikian, perlu disadari bahwa inilah demokrasinya AMMAPAI-Kupang. Suasana pemilihan yang berjalan cukup alot tersebut membawa Romanus Antoni Payong Balawala keluar sebagai pewaris palu kepemimpinan untuk satu periode kedepannya. Sebagai mandataris terpilih, Roman dalam kata sambutannya menutup RUA tersebut menegaskan; “Segala dinamika internal menjelang RUA dan yang tengah berlangsung merupakan salah satu proses pembelajaran. Tak semata menjdi Pemimpin yang diharapakan namun proses yang berlangsung itulah yang perlu kita kedepankan. Marilah kita yang menamakan diri kader yang handal dan militan, saling bergandengan tangan menuju AMMAPAI yang lebih baik lagi . “Aku menjadi aku yang berarti sejauh diartikan oleh aku-aku yang lain. Jabat erat tanganku, kita songsong hari esok penuh cita”. Begitu yang diharapkan ketua terpilih itu.

Loyalitas dan Implementasinya dalam organisasi


Loyalitas dan Implementasinya Dalam Organisasi
Sebuah catatan redaksi oleh : Igo Hali Making

Hal yang sangat penting dan fundamental di dalam sebuah organisasi adalah LOYALITAS dan KEBERSAMAAN dari setiap anggota dan pimpinannya yang akan sangat menentukan kemajuan dan perkembangan organisasi mengingat adanya berbagai tantangan yang seringkali dialami oleh sebuah organisasi. Tanpa adanya loyalitas dan kebersamaan, maka sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik bahkan terkadang tidak akan mampu bertahan apabila di dalamnya tidak diterapkan sikap loyal dan kebersamaan dengan baik.
Dalam tubuh organisasi ini, Tak bisa dipungkiri pasca RUA (Rapat Umum Anggota) AMMAPAI – Kupang, Periode 2012/2013,  KEBERSAMAAN dan LOYALITAS terhadap organisasi tidak ada lagi. Yang kalah di RUA perlahan mundur, masa pendukung ketua terpilih pun lenyap entah kemana. Tinggal ketua umum sendiri menunggu bagaikan sang induk ayam ditinggal pergi anaknya.
Patut direfleksikan bagi kita yang menamakan diri anak – anak AMMAPAI-Kupang. Inikah kebersamaan yang selama ini diagung –agungkan?. Inikah lagu kemesraan yang selalu kita dengungkan bahwa kita terlahir dari satu rahim yang sama? Inikah wajah – wajah kita sebagai orang yang bertanggung jawab atas perjalanan organisasi ini?
Loyalitas dapat diartikan tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu dengan disertai penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari serta dalam pelaksanaan tugas. Loyalitas anggota terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk melenggangkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.
Loyalitas anggota memegang peranan krusial dalam jalannya organisasi. Tata aturan yang sempurna, program kerja yang brilian, tanpa disertai dengan loyalitas para eksekutornya adalah hal yang sia-sia. Secara lebih riil, anggota tersebut akan menaati segala bentuk tata tertib yang berlaku, mendukung program kerja dengan mengikutsertakan diri sebagai partisipan aktif. Bahkan menjadi pengurus/kreator ide-ide penting untuk membangun organisasi dari dalam.
Loyalitas yang dimilki oleh setiap organisator juga berpengaruh pada kelanjutan suatu organisasi dalam melaju pada rel visi dan misi. Jika suatu organisasi sudah melenceng dari jalur visi dan misi yang ada, besar kemungkina bahwa rasa loyalitas yang dimilki oleh para anggotanya telah kropos dan lapuk. Karena jika memang loyalitas benar-benar ada pada setiap anggota, tidak mungkin mereka akan membiarkan dan bahkan membawa organisasi tersebut ke arah yang menyimpang dari rel visi dan misi.
Hal yang tidak kalah penting adalah kebersamaan dan komitmen antara anggota dalam suatu organisasi. Dalam kenyataannya, pelaksanaan program kerja sebagai bentuk realisasi visi organisasi tidak semua anggota memiliki kesamaan sistem kerja berdampak buruk bagi kelangsungan organisasi itu sendiri. Hal ini disebabkan terutama karena anggota yang mengikuti suatu organisasi tidak berniat secara penuh untuk mendedikasikan dirinya untuk kelangsungan organisasi, mereka hanya ingin mengambil manfaat yang mereka anggap berguna bagi mereka. Singkat kata, mereka hanya aktif mengikuti kegiatan yang mereka inginkan.
Komitmen organisasi tidak kalah pentingnya. Komitmen dapat diartikan sebuah ikatan emosional yang meliputi keterlibatan dalam suatu organisasi dan mempunyai keinginan untuk menggunakan upaya yang tinggi demi mencapai tujuan organisasi. Komitmen organisasi dapat tumbuh manakala harapan kerja terpenuhi oleh organisasi, dengan adanya harapan kerja yang terpenuhi maka akan timbul kepuasan kerja, sehingga komitmen dapat berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja anggota. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar loyalitas atau ketaatan keanggotaan biasa dan pasif, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan pada tingkat daya upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.
Implementasi yang terwujud dalam bentuk loyalitas anggota terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memasukkan kebutuhan dan keinginan anggota dalam tujuan organisasi. Dengan demikian akan menimbulkan suasana saling mendukung diantara para anggota dengan organisasi. Sehingga akan membuat anggota dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena anggota memahami tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula.
Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa hal yang harus dijalankan secara kooperatif oleh pengurus organisasi terutama ketua organisasi.
Yang pertama adalah menjamin pengetahuan setiap anggota tentang organisasi secara keseluruhan. Pengetahuan tentang sejarah pendirian, visi, misi, serta program kerja organisasi misalnya.
Kedua, mengadakan kegiatan-kegiatan sesuai basis organisasi untuk melibatkan anggota secara aktif dalam organisasi bersangkutan. Pemberian pengetahuan tentang organisasi dan kepemimpinan melalui ceramah/seminar dari sumber yang kompeten; diskusi antar anggota, bila diikuti dengan sungguh-sungguh akan bermanfaat positif dalam membangun loyalitas dan kebersamaan antar anggota.
Sikap-sikap positif seperti berjiwa besar, menghargai saran dan kritik yang bersifat membangun sangat berperan penting pula dalam diri masing-masing anggota untuk mewujudkan loyalitas dan kebersamaan dalam organisasi. Akhirnya, Nilai subtansi dari sebuah organisasi adalah bukan pada masa kejayaan yang perna diraihnya. Namun lebih dari itu, organisasi akan lebih mempunyai harga jika organisasi tersebut bisa mengantarkan para anggotanya ke arah visi dan misinya dan berhasil menanamkan rasa loyalitas tinggi pada jiwa setiap anggotanya. Sehingga dari itu semua, organisasi tadi benar-benar mampu mempertahankan eksistensinya meskipun banyak rintangan yang dihadapi. Nasib organisasi tersebut ke depannya akan ditentukan oleh tingkat loyalitas anggotanya. Apabila anggota “malas” maka untuk merealisasikan program kerja organisasi akan terasa sulit. Tidak lain alasan dari itu semua adalah karena kurangnya rasa memiliki oleh setiap anggotanya. Dari sini penulis kembali menegaskan bahwa loyalitas amat sangat berarti bagi eksistensi sebuah organisasi. Loyalitas ibarat roh bagi organisasi. Tanpa roh, sebuah organisasi tak akan mampu bernafas lebih lama, yang akhirnya berakibat dan berujung pada ‘matinya’ organisasi tersebut.
Mari, kita yang memproklamirkan diri sebagai tulang punggung negara dan lewotanah yang terhimpun dalam organisasi AMMAPAI – Kupang, mari kita bergandeng tangan membangun AMMAPAI yang kita cintai ini.

curhan hati



UJUNG SEPTEMBER ‘’09, MEMBAWA PERUBAHAN DALAM HIDUPKU
Oleh: Abdul Basir Langoday

Tak ada namanya kebetulan.
Dan apa yang kita ketahui sebagai sekedar kebetulan,
sebenarnya muncul dari sumber takdir yang terdalam...

Kutulis cerita ini, tatkala malam mulai hening dan kesepian merasuk diantara batas penantian yang kian merisaukan dan kenangan manis yag terukir di setiap perkenalan, membingkai harapan kepada cinta dan tentang cinta; refleksi kemerdekaan cinta yang tersemai.
Namaku Abdul Basirun Lela Langoday (ABL), anak terakhir dari empat bersaudara. Lahir di sebuah nusa kecil yaitu Lomblen namanya, yang kemudian menjadi Kabupaten Lembata sesuai dengan tuntutan administrasi.
Kakak sulungku hanya memiliki Ijazah SD. Ia merasa cukup dengan ijazah tersebut karena memaklumi kondisi ekonomi keluarga kami waktu itu. Mungkin juga ia merasa iba melihat susah - payahnya ibu sendirian bekerja tuk menopang hidup yang ditinggalkan sang Ayah sudah bertahun-tahun tidak memberi kabar seperginya ke perantauan. Bekerjalah ia untuk membantu ibu. Sedangkan kakak kedua dan ketiga berhasil meraih ijazah dengan satu jenjang diatas kakak pertamaku, yaitu SMP.
Bermodalkan ijazah SD dan SMP tentu belum menjanjikan pekerjaan yang layak untuk mereka. Pemandangan yang tidak asing lagi untuk keadaan di sekelilingku ketika bertani & buruh bangunan menjadi  suatu alternatif sumber penghasilan untuk orang-orang yang senasib seperti saudara-saudaraku itu. Hasilnya pun tidak mencukupi dalam kehidupan sehari – hari, sebulan apalagi untuk bertahun. Keadaan seperti inilah yang membangunkan aku, dari ketidakadaan untuk merubah semuanya itu!. “Aku tak mau seperti itu. Ya, aku harus terus menuntut ilmu & mengejar harapanku sampai sarjana".
Di akhir Mei 2009, ku melangkahkan kaki ke pulau seberang. Di pulau itulah Kota yang ku tuju berada. Kupang alias Kota Karang, begitulah sapaan manisnya. Sampai di Kota Karang, Aku mencoba ikut ujian tes masuk di salah satu perguruan tinggi. Dengan doa dan dukungan dari orang tua & restu leluhur lewotanah akhirnya aku di terima di perguruan tinggi tersebut. Tepatnya di Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana.
Bulan pertama masuk kuliah tempat rutinitas keseharian saya hanya kampus – kost, kost - kampus. “Ahhhh, kehidupan hanya di kampus dan kost lalu kapan karakter ku ini bisa berubah??. Gumam ku dalam sebuah lamunan.
Untuk membawa perubahan di hari esok, apakah hanya ijazah yang cukup??. “Apakah semua ini cukup untuk modal di hari esok??. Pertanyaan ini yang kerap buatku bingung, harus berbuat apa. Semakin di pikir justru buatku semakin panik.
Tak lama kemudian bertamulah seorang pria ke kamar kost ku, membagikan sehelai kertas dengan tulisan di bagian kopnya “Panitia Pelaksanaan Penerimaan Anggota Baru (MPAB) Dan Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD)” Angkatan Mudah Mahasiswa Asal Ile Ape (AMMAPAI)-Kupang.
Aku mulai terbangun dan terbisik dari hati untuk bergabung di dalamnya. Mungkin di dalam sana bisa membina mental dan merubah pola pikir yang kreatif dalam menghadapi tantangan zaman global seperti saat ini.
Sering ku bergaul dengan anak-anak jalanan dan bertanya; berbuat apa supaya kita bisa dikenal dan membawa perubahan dalam hidup?? Sebagian besar dari mereka menjawab, kalau mau berubah harus banyak bergaul. Jadi, pergaulan itu swendiri seperti apa?.
Kembali kekamar kostku, dan ku termenung lagi. Pergaulan seorang mahasiswa itu sendiri seperti apa?? Akirnya kutemukan jawabanya yaitu pergaulan di dalam kampus dan di luar kampus. Di luar kampus sepeti membina diri di organisasi. Aku mulai langkakan kaki, ketempat pendaftaran sesuai yang tertulis di dalam kertas yang ku terima waktu itu. Di Jalan Perintis Kemerdekaan No.XI Walikota Baru Kupang, disitulah Lango Beruin berada. “Lango beruin”, nama itulah yang selalu kami sebut sebagai panggilan untuk sekretariat tersebut. Tempat berbagi suka – duka untuk mereka yang menuntut ilmu di Kota Kupang.
Penghujung september 2009, kegiatan penerimaan pun di mulai yang bertepat di Gedung Kuwarda Provinsi NTT, dengan jumlah peserta 16. Kami di bina, di didik selama 1 minggu. Waktunya begtu singkat , tapi sangat berarti bagi kami semua pesrta. Karena cuman 1 minggu,tapi mental dan pola pikir kami berubah sangat begtu derastis. Itulah kebangganku tersendiri bergabung bersama AMMAPAI.
Satu kejadian yang ku rasakan pada saat kegiatan yaitu pada hari terakhir, saat-saatku di lahirkan dari tubuh AMMAPAI. Renungan begitu mendalam, sampai aku pun tak sadarkan diri, semua panitia kepanikan melihat aku yang tertidur kaku. Ini semua terjadi karena didikan, arahan kakak-kakak senior selama seminggu, yang mengingatkanku saat pertama kali aku keluar dari rumah dengan mendengar bisikan dari Ayah & Ibuku yang mengatakan dengan bahasa lamaholot:
 “ Ama, pana mai seba buku biliken teratu, pena matan pulupito,mai tulis tedo basa dore, mo buku lepan jawan nong pena ih’in sinan ti tutu k’loho maring teka. Pile pupul koda sinan, lau kupang tana karang, anin gahan kiring jawan weli Timor tana susa, ti balik mang gelekat lewo, tuen mang gewayan tana, lewo  nimun Lepan Bata,tana nawan Ile Ape. Mo tobo doan ata tana, tobo mian’no kenato, mo pae lela ata tana pae wenger no’on nenaw, tekan tabe ukut bage weli piring matan sinan, tenu tabe lobong luang weli makok tukan jawan”.
Ungkapkan isi hati dari orang tuaku bahwa keputusan yang di ambil untuk menuntut ilmu harus dijalani sampai tuntas dan harus tetap semangat agar kelak bisa kembali tuk mengabdi di lewotana  Lembata pada umumnya dan Ile Ape pada khususnya.
“Walaupun Ayah dan Ibumu tidak punya apa-apa, tapi dengan ketidakpunyaan itulah maka kamu haruslah mencari apa yang ada di dalam ketidakpunyaan itu”.
Termotifasi dari renungan di bawakan dari kakak-kakak senior inilah yang mengingatkanku akan petuah orang tua. Tetap semangat dalam berorganisasi dan fokus dalam perkuliahan untuk menggapi impian orang tuaku yaitu mencapai sarjana.
Banyak pandangan dari orang tua bahwa bergabung di organisasi akan menghambat perkuliahan. Pemahaman ini memang benar adanya, tetapi sesuai pengelaman saya mahasiswa yang berorganisasi tidak akan gagal dalam perkuliahan. Karena di organisasi tidak diajarkan seorang mahasiswa untuk tidak melakukan tugas pokoknya, tapi justru berorganisasi dapat mendorong kita untuk melakukan aktivitas yang lebih utama. Tulang punggung bangsa, yang bisa membawa perubahan yang lebih baik di hari esok yaitu orang yang biasa di sebut aktivis. Tanpa aktivis, masyarakat kecil tetap menderita. Karena fungsi dari aktivis adalah pelindung dan pembela masyrakat.